Jajanan non halal memang selalu menggoda lidah kita, apalagi di Festival Kuliner Solo. Acara yang digelar setiap tahun ini selalu menjadi magnet bagi para pecinta kuliner yang ingin mencicipi berbagai macam jajanan khas Solo, termasuk yang non halal.
Menyambut acara tahun ini, para pedagang jajanan non halal sudah mulai mempersiapkan diri untuk memanjakan lidah pengunjung. Salah satu pedagang, Bapak Joko, mengatakan bahwa jajanan non halal selalu diminati karena cita rasanya yang khas. “Banyak pengunjung yang datang khusus untuk mencicipi jajanan non halal kami, seperti sate babi, bakso non halal, dan masih banyak lagi,” ujarnya.
Namun, tidak semua orang setuju dengan keberadaan jajanan non halal di acara kuliner tersebut. Menurut Pak Ahmad, seorang aktivis lingkungan, konsumsi jajanan non halal dapat memicu kontroversi di masyarakat. “Saya berharap acara kuliner seperti ini dapat lebih memperhatikan aspek keberagaman dan sensitivitas agama dalam penyajian makanan,” katanya.
Meskipun kontroversial, jajanan non halal tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung Festival Kuliner Solo. Menurut seorang pengunjung, Ibu Yuni, jajanan non halal memberikan variasi rasa yang berbeda dan menarik untuk dicoba. “Saya pribadi tidak masalah dengan jajanan non halal selama disajikan secara terpisah dan jelas labelnya,” ujarnya.
Dalam menyikapi hal ini, panitia Festival Kuliner Solo pun perlu memperhatikan regulasi terkait penyajian jajanan non halal. Menurut Bapak Budi, seorang pakar kuliner, penting bagi panitia untuk memberikan informasi yang jelas kepada pengunjung terkait jajanan non halal yang disajikan. “Penyajian jajanan non halal sebaiknya dilakukan dengan transparan dan menghormati keberagaman masyarakat Solo,” katanya.
Dengan begitu, Festival Kuliner Solo tetap dapat menjadi ajang yang meriah bagi para pecinta kuliner, tanpa meninggalkan sensitivitas terhadap keberagaman masyarakat. Jajanan non halal tetap bisa menggoda lidah kita, asalkan disajikan dengan bijak dan penuh rasa hormat.